FreePaypalCash.com

Sabtu, 07 November 2009

Cermati BUMI, BNBR, ELSA, INDF, POLY, AALI, DOID

JAKARTA (Bisnis.com): Harga saham sejumlah emiten Bursa Efek Indonesia pada perdagangan hari ini setidaknya akan terpengaruh kondisi keuangan, aksi korporasi, maupun berita-berita seputar perusahaan seperti BUMI, BNBR, RINA, ELSA, INDF, POLY, AALI, dan DOID.

Harian Bisnis Indonesia pada edisi hari ini, Kamis 29 Oktober 2009, memberitakan kedelapan emiten yakni:

Koreksi harga saham Grup Bakrie secara signifikan dalam 2 hari terakhir memicu penjualan panik (panic selling) saham lainnya di bursa.� Akibatnya, kapitalisasi pasar saham Grup Bakrie turun Rp10,78 triliun. Pelemahan kapitalisasi pasar terbesar dialami oleh saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Indeks harga saham gabungan (IHSG) bursa saham nasional kemarin tergelincir 2,88% (69,89 poin) ke level 2.355,31, penurunan terbesar dibandingkan dengan pelemahan indeks saham di bursa Asia Pasifik.

Analis PT Reliance Securities Tbk Gina Novrina Nasution mengatakan koreksi besar-besaran terjadi karena ada forced sell (aksi jual paksa) karena margin call yang ditimpali kepanikan pasar melihat penurunan saham Grup Bakrie. "Memang ada forced sell, tetapi lebih banyak terjadi panic selling karena ketakutan terulangnya tragedi gagal bayar tahun lalu. Jika kita perhatikan, IHSG turun terparah pada tahun lalu akibat gagal bayar transaksi repurchase agreement [repo] dan margin," tuturnya kepada Bisnis kemarin.

Dalam riset Goldman pada 21 Oktober, saham Bumi direkomendasikan jual dengan target harga Rp2.300 dalam 12 bulan ke depan. Analis Goldman Patrick Tiah dan Nikhil Bhandari mengungkapkan saham perusahaan pertambangan batu bara itu secara historis diperdagangkan berkali lipat lebih tinggi. Mereka menilai hal itu terjadi karena nilai kapitalisasi pasar yang besar dan likuiditas perdagangan yang tinggi lebih dari US$100 juta per hari (bukan US$100 seperti ditulis kemarin)

Menanggapi tentang transaksi repo yang dilakukan oleh PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito menilai itu hal yang biasa. "Biarkan anggota bursa menghitung risikonya masing-masing karena kami tidak tahu reponya berapa dan pada harga berapa," ujarnya, kemarin.

PT Katarina Utama Tbk (RINA) tengah bernegosiasi dengan beberapa bank untuk menyiapkan pinjaman guna memperkuat ekspansi pada tahun depan. Opsi obligasi juga disiapkan untuk mengantisipasi kebutuhan modal lebih besar. Fazli Zainal Abidin, Direktur Utama Katarina, mengatakan pihaknya tengah melakukan pembicaraan dengan beberapa bank untuk menyiapkan fasilitas kredit bagi perseroan. Tingginya suku bunga masih menjadi kendala utama pembiayaan tersebut. "Ada beberapa bank yang sedang bernegosiasi dengan kami, tetapi saya belum bisa menyebutkan identitas banknya apa saja. Nilainya juga masih dibicarakan," tuturnya seusai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), kemarin.

Hasil pencatatan perdana Katarina senilai Rp 33,6 miliar, lanjutnya, telah digunakan sesuai dengan prospektus. Dalam dokumen penawaran itu, perseroan menggunakan 90% dana untuk membeli peralatan tower dan 10% untuk menambah kantor cabang. Mohd Sopiyan Mohd Rashdi, Direktur Keuangan Katarina, menambahkan pendanaan bank kemungkinan tidak direalisasikan pada tahun ini, melainkan pada tahun depan untuk memperkuat ekspansi dari proyek yang telah digarap yakni mesin ATM (anjungan tunai mandiri). "Kalau proyek sudah selesai dan perlu ekspansi lagi, baru nanti diperlukan dana dari bank. Jika sekarang, kredit bunga masih tinggi. Tidak menutup kemungkinan kami nanti juga menerbitkan obligasi," ujarnya.

Proyek dari Bank Windu Kentjana senilai Rp2 miliar-Rp3 miliar itu berupa pendirian 20-30 buah mesin ATM di Jakarta. Fazli memperkirakan kontribusi proyek tersebut untuk pendapatan tahun ini di bawah 1%.
Negosiasi divestasi 37,15% saham PT Elnusa Tbk antara PT Tridaya Esta selaku penjual dan Konsorsium Saratoga Capital selaku pembeli mengalami deadlock. CEO Recapital Advisor Rosan Perkasa Roeslani menuturkan saat ini tidak ada pembicaraan lanjutan mengenai transaksi saham Elnusa tersebut. Dia juga tidak menyebutkan target waktu negosiasi ini dituntaskan. "Saat ini tidak ada pembicaraan lagi mengenai transaksi itu. Namun kami berupaya transaksi bisa diselesaikan sebelum tahun ini," ujarnya kemarin.

Menurut Rosan, sejauh ini juga belum ada kesepakatan yang dicapai antara Konsorsium Saratoga dan Tridaya termasuk juga mengenai kesepakatan harga saham. Harga saham Elnusa, kemarin ditutup melemah 3,08% menjadi Rp315 dibandingkan dengan hari sebelumnya senilai Rp325 per saham.

CEO Saratoga Sandiaga S. Uno baru-baru ini juga menuturkan belum ada perkembangan mengenai transaksi 37,15% saham Elnusa dari Tridaya kepada Konsorsium. Proses divestasi 37,15% saham Elnusa sebenarnya dimulai pada April. Pada 11 Juni, penjual mengumumkan konsorsium Saratoga terpilih sebagai preferred bidder atas saham Elnusa yang akan dijual, mengalahkan Pertamina dan Konsorsium Ciptadana.

Konsorsium Saratoga diberi tenggat selama 8 pekan untuk menuntaskan transaksi, terhitung sejak 11 Juni. Namun, hingga batas waktu yang ditetapkan, Konsorsium Saratoga belum menuntaskan pembelian saham Elnusa. Pendiri dan Direktur Saratoga Edwin Soeryadjaya beberapa waktu lalu memproyeksikan transaksi tersebut bisa tuntas sebelum akhir tahun ini.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) segera mengalihkan kepemilikan saham beserta kewajiban tanpa bunga di lima anak usaha perseroan kepada PT Indofood Consumer Branded Products (CBP) Sukses Makmur. Selain itu, perseroan juga akan menggabungkan (merger) sebanyak lima anak usahanya menjadi satu badan usaha. Indofood akan mengalihkan 51% saham Indofood Fritolay Makmur, 100% saham Drayton Pte Ltd ke Indofood CBP. Drayton secara tidak langsung memiliki 68,57% PT Indolakto dan obligasi konversi senilai Rp1,09 triliun.

Selain itu, Indofood mengalihkan kepemilikan saham anak usaha lain ke Indofood CBP yaitu 60% PT Surya Rengo Containers, 50% saham PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia, 100% saham Indofood (M) Food Industries Sdn Bhd dan pinjaman tanpa bunga yang per 30 September senilai US$3,09 juta. Indofood CBP selanjutnya akan dimerger dengan empat anak usaha yang lain, yaitu PT Gizindo Prima Nusantara, PT Indosentra Pelangi, PT Cipta Kemas Abadi, dan PT Indobiskuit Mandiri Makmur.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indofood Werianty Setiawan melalui keterbukaan informasi bursa mengungkapkan dalam merger tersebut Indofood CBP tetap berdiri sebagai perusahaan hasil merger yang menerima seluruh aset maupun kewajiban serta usaha dari perusahaan yang bergabung. "Untuk pengalihan saham, pelaksanaannya akan tergantung pada RUPS masing-masing anak usaha, persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal [BKPM], serta persetujuan maupun pemberitahuan ke kreditur masing-masing anak usaha," paparnya kemarin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FreePaypalCash.com