Tedy Fardiansyah Idris
• Akademisi, Praktisi, Pengamat Investasi-Keuangan Dari MM-Keuangan Universitas Bina Nusantara
"Biasanya, tingkat pembayaran kupon/bunga lebih tinggi dari suku bunga deposito dan sering menggunakan konsensus suku bunga antar bank sebagai basis."
"Apa beda saham dengan obligasi?" Pertanyaan ini sering kali saya lemparkan pada mahasiswa pada awal perkuliahan mengenai topik pasar modal. Jawaban yang sering kali muncul: "Kalau saham (stock) membayar dividen, kalau obligasi (bond) membayar bunga tetap".
Jawaban tersebut bisa dibilang benar karena saham memang berpotensi membayar dividen sedangkan obligasi berpotensi membayar bunga (kupon) tetap. Tetapi, jawaban itu bisa juga dikatakan kurang tepat, karena nyatanya belum tentu saham membayar dividen, kalau ternyata perusahaannya merugi sehingga tidak punya dana yang bisa dibayarkan sebagai dividen.
Di sisi lain, bisa saja obligasi tidak membayar bunga tetap, karena ada jenis obligasi yang membayar bunga mengambang. Inilah yang sering terlepas dari pengetahuan kebanyakan orang.
Sekali lagi, tidak semua obligasi membayar bunga tetap. Pembayaran bunga obligasi yang sering disebut dengan obligasi berbunga mengambang (floating rate bond/floaters) akan berfluktuasi mengikuti perkembangan tingkat bunga di pasar.
Biasanya, tingkat pembayaran kupon/bunga (coupon rate) lebih tinggi dari suku bunga deposito dan sering menggunakan konsensus suku bunga antar bank sebagai basis (reference rate), plus atau minus spread tertentu (reference rate (+) atau (-) spread).
Sebagai contoh, misalkan obligasi X dengan nilai pari Rp 1 miliar memiliki tingkat pembayaran bunga sebesar JIBOR (Jakarta Inter Bank Offer Rate) + 100 basis poin (1 basis poin = 0,01%, 100 basis poin = 1%). Pembayaran kupon dilakukan setiap tahun dan akan jatuh tempo 10 tahun.
Ini berarti reference rate obligasi tersebut adalah sebesar tingkat bunga JIBOR dengan spread 1 persen. Karena tingkat bunga JIBOR selalu berfluktuasi, maka besarnya tingkat pembayaran bunga obligasi tersebut juga akan berfluktuasi dengan spread sebesar 1 persen.
Jika saat pembayaran kupon, misalkan tingkat bunga JIBOR adalah 15 persen per tahun, maka tingkat pembayaran kupon obligasi tersebut adalah 16 persen (15% + 1 %) sehingga kupon yang akan dibayar adalah Rp 160 juta (16% x Rp 1 miliar). Sama halnya untuk tingkat pembayaran kupon ke-2,3,4 dan dan seterusnya, akan mengikuti tingkat bunga JIBOR yang berlaku.
Implikasinya, selain tergantung dari tingkat bunga yang berlaku, harga sebuah floater juga akan tergantung dari besarnya spread. Besarnya spread ini juga bisa berubah, tergantung seberapa besar spread yang dibutuhkan pasar.
Mengenai frekuensi dan kapan saatnya tingkat bunga obligasi akan disesuaikan jika terjadi perubahan tingkat bunga pasar ataupun penyesuaiaan spread yang berlaku, tertuang dalam kontrak obligasi yang disebut dengan indenture.
Selain itu, besarnya tingkat pembayaran kupon sebuah floaters sering menggunakan batasan maksimal (Cap) dan batasan minimal (Floor). Artinya, besarnya tingkat pembayaran kupon dibatasi, sehingga tidak akan melebihi Cap dan tidak akan di bawah Floor.
Sepanjang spread yang dibutuhkan pasar tidak berubah serta batas Cap dan Floor tidak tersentuh, harga sebuah floater di pasar tidak akan berbeda jauh terhadap nilai parinya.
Tetapi, jika pasar membutuhkan spread yang lebih besar (kecil), harga pasar dari floater akan di bawah (di atas) nilai parinya. Sementara, jika tingkat pembayaran kupon floater tidak bisa disesuaikan terhadap perubahan reference rate plus spread---karena telah menyentuh Cap (Floor)--- maka harga floater di pasar akan diperdagangkan di bawah (di atas) nilai parinya.
Proteksi
Bagi investor, adanya floor berarti merupakan proteksi jika tingkat bunga pasar turun drastis. Tetapi dengan adanya cap, jika tingkat bunga pasar mengalami kenaikan yang tajam, bunga yang diterima investor pun akan terbatas sebesar cap.
Perlu diketahui, ada pula obligasi yang disebut dengan reverse floater. Dalam hal ini, kupon yang dibayarkan kepada pemegangnya berlawanan dengan pergerakan tingkat bunga di pasar. Pendek kata, kalau tingkat bunga pasar naik, bunga obligasi ini akan turun dan berlaku sebaliknya.
Formula besarnya adalah bunga yang dibayarkan biasanya dinyatakan dengan: Coupon rat = K - [L x reference rate]. K adalah suatu konstanta dan L adalah sebuah multiplier yang telah ditetapkan sejak obligasi pertama kali diterbitkan.
Yang lebih unik, ada lagi obligasi yang disebut dengan step up notes. Dalam hal ini, tingkat bunga yang dibayarkan akan terus meningkat seiring lewatnya waktu. Peningkatan bunga ini bisa terjadi beberapa kali sebelum obligasi jatuh tempo. Misalkan bunga untuk dua tahun pertama adalah 15 persen, bunga untuk 3 tahun berikutnya adalah 16 persen dan seterusnya, sesuai dengan apa yang terdapat di dalam indenture.
Lain lagi yang disebut dengan Non-interest rate index floaters. Dalam hal ini, yang menjadi reference rate bukanlah tingkat bunga di pasar tetapi besarnya bunga yang dibayarkan, yang tergantung pada harga suatu komoditas misalkan harga minyak.
Obligasi jenis ini sering kali digunakan oleh penerbitnya untuk melakukan lindung nilai (hedging) atas harga komoditas yang dijualnya. Misalkan saat harga minyak turun, perusahaan minyak bisa saja mengalami kerugian.
Nah, dengan menerbitkan obligasi yang bunganya mengikuti pergerakan harga minyak, jika harga minyak turun jumlah kupon yang harus dibayarkan kepada investor pun akan menjadi lebih kecil, sehingga tidak akan memberatkan perusahaan.
Masih banyak jenis obligasi yang terkesan unik, yang sayangnya belum bisa kita bahas tuntas dalam edisi kali ini. Munculnya obligasi dengan fitur unik ini terus berkembang seiring dengan semakin maraknya penggunaan obligasi, sebagai cara untuk mendapatkan dana.
Pihak yang menerbitkan obligasi secara kontinu melakukan inovasi-inovasi dengan menawarkan obligasi yang memiliki fitur yang semakin unik dan lebih fleksibel terhadap kondisi keuangannya, sekaligus untuk menarik minat investor.
Tugas :
1. Buat ringkasan dari kasus di atas untuk presentasi, untuk latar belakang masalah tetap pakai kasus di atas
2. Untuk pembahasan cari materi tentang swaps, caps dan floors
3. Untuk penutup, buat kesimpulan dari latar belakang masalah dan pembahasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar